“Bukan orang Bekasi namanya kalau dia tidak kenal KH. Noer Ali“. ya itu
adalah ungkapan yang sering saya dengar dari para orang tua dulu. Sosok
beliau sangat terkenal dimata orang bekasi karena ia menjadi ikon
kebanggaan masyarakat betawi (khususnya di Karawang-Bekasi) pada masa
revolusi. Beliau terkenal dengan sebutan “Singa Karawang Bekasi” atau
ada juga yang menyebutnya “si Belut Putih”.Saya memang tidak banyak tau
tentang sejarah beliau. Saya hanya dapat kisahnya dari para orang tua.
Beliau adalah seorang ulama dan pemimpin pada zaman revolusi.
Kembali
ke KH. Noer Ali, selain berjuang melawan penjajah beliau juga memiliki
pesantren At- Taqwa yang berpusat di Kampung Ujung Harapan (dulu bernama
Ujung malang) . Kini pesantren tersebut sudah memiliki lebih dari 50
Cabang. Dan saya adalah orang yang termasuk salah satu santri
dicabangnya (At- Taqwa VIII). Cerita perjuangan beliau begitu banyak
yang saya dapatkan baik dari para orang tua maupun guru ). Ia selalu bisa lolos/menghilang ketika
ditangkap belanda (mungkin karena itu kali ya dia berjuluk si belut
putih), meriam-meriam belanda yang tidak bisa meledak, murid-muridnya
yang kebal peluru karena amalan wirid dan ratibnya, dll. Beliau juga
sangat terkenal di mata masyarakat non muslim karena sikap tolerannya,
hal itu dibuktikan ketika beliau sangat melindungi masyarakat tiong hoa
yang non Muslim dari penjajah Belanda.
Alhamdulillah pada 9
November 2006 akhirnya ia diangkat menjadi pahlawan Nasional, pemerintah
RI menganugerahi gelar Pahlawan Nasional dan Tanda Kehormatan Bintang
Maha Putra Adipradana.
Berikut sekilas dari biografinya
Engkong
KH. Noer Ali
“Singa Karawang-Bekasi”
Sebagaimana
biografi yang ditulis Ali Anwar, Noer Ali lahir tahun 1914 di Kp.
Ujungmalang (sekarang menjadi Ujungharapan), Kewedanaan Bekasi,
Kabupaten Meester Cornelis, Keresidenan Batavia. Ayahnya bernama H.
Anwar bin Layu, seorang petani dan ibunya bernama Hj. Maimunah binti
Tarbin.
Meskipun ayahnya hanya sebagai petani, namun karena kemauan
keras untuk menuntut ilmu, Noer Ali pergi ke Mekah dengan meminjam uang
dari majikan ayahnya yang harus dibayar dicicil
selama bertahun-tahun. Selama enam tahun (1934-1940) Noer Ali belajar di Mekah.
Saat
di Mekah, semangat kebangsaannya tumbuh ketika ia merasa dihina oleh
pelajar asing yang mencibir: “Mengapa Belanda yang negaranya kecil bisa
menjajah Indonesia. Harusnya Belanda bisa
diusir dengan gampang kalau
ada kemauan!”.KH.Noer Ali pun “marah” dan menghimpun para pelajar
Indonesia khususnya dari Betawi untuk memikirkan nasib bangsanya yang
dijajah. Ia diangkat
teman-temannya menjadi Ketua Perhimpunan Pelajar Betawi di Mekah (1937).
Sekembalinya
ke tanah air,
“Bukan orang Bekasi namanya kalau dia tidak kenal KH. Noer Ali“. ya itu
adalah ungkapan yang sering saya dengar dari para orang tua dulu. Sosok
beliau sangat terkenal dimata orang bekasi karena ia menjadi ikon
kebanggaan masyarakat betawi (khususnya di Karawang-Bekasi) pada masa
revolusi. Beliau terkenal dengan sebutan “Singa Karawang Bekasi” atau
ada juga yang menyebutnya “si Belut Putih”.Saya memang tidak banyak tau
tentang sejarah beliau. Saya hanya dapat kisahnya dari para orang tua.
Beliau adalah seorang ulama dan pemimpin pada zaman revolusi.
Kembali
ke KH. Noer Ali, selain berjuang melawan penjajah beliau juga memiliki
pesantren At- Taqwa yang berpusat di Kampung Ujung Harapan (dulu bernama
Ujung malang) . Kini pesantren tersebut sudah memiliki lebih dari 50
Cabang. Dan saya adalah orang yang termasuk salah satu santri
dicabangnya (At- Taqwa VIII). Cerita perjuangan beliau begitu banyak
yang saya dapatkan baik dari para orang tua maupun guru ). Ia selalu bisa lolos/menghilang ketika
ditangkap belanda (mungkin karena itu kali ya dia berjuluk si belut
putih), meriam-meriam belanda yang tidak bisa meledak, murid-muridnya
yang kebal peluru karena amalan wirid dan ratibnya, dll. Beliau juga
sangat terkenal di mata masyarakat non muslim karena sikap tolerannya,
hal itu dibuktikan ketika beliau sangat melindungi masyarakat tiong hoa
yang non Muslim dari penjajah Belanda.
Alhamdulillah pada 9
November 2006 akhirnya ia diangkat menjadi pahlawan Nasional, pemerintah
RI menganugerahi gelar Pahlawan Nasional dan Tanda Kehormatan Bintang
Maha Putra Adipradana.
Berikut sekilas dari biografinya
Engkong
KH. Noer Ali
“Singa Karawang-Bekasi”
Sebagaimana
biografi yang ditulis Ali Anwar, Noer Ali lahir tahun 1914 di Kp.
Ujungmalang (sekarang menjadi Ujungharapan), Kewedanaan Bekasi,
Kabupaten Meester Cornelis, Keresidenan Batavia. Ayahnya bernama H.
Anwar bin Layu, seorang petani dan ibunya bernama Hj. Maimunah binti
Tarbin.
Meskipun ayahnya hanya sebagai petani, namun karena kemauan
keras untuk menuntut ilmu, Noer Ali pergi ke Mekah dengan meminjam uang
dari majikan ayahnya yang harus dibayar dicicil
selama bertahun-tahun. Selama enam tahun (1934-1940) Noer Ali belajar di Mekah.
Saat
di Mekah, semangat kebangsaannya tumbuh ketika ia merasa dihina oleh
pelajar asing yang mencibir: “Mengapa Belanda yang negaranya kecil bisa
menjajah Indonesia. Harusnya Belanda bisa
diusir dengan gampang kalau
ada kemauan!”.KH.Noer Ali pun “marah” dan menghimpun para pelajar
Indonesia khususnya dari Betawi untuk memikirkan nasib bangsanya yang
dijajah. Ia diangkat
teman-temannya menjadi Ketua Perhimpunan Pelajar Betawi di Mekah (1937).
Sekembalinya
ke tanah air,
Kh
.Noer Ali mendirikan Pondok pesantren Attaqwa di ujung harapan Bekasi,
disamping mengajar di pesantren Kh Noer Ali juga mengajak umat untuk
angkat senjata melawan Penjajah Belanda, walaupun dengan senjata yang
sangat sederhana namun banyak dari rakyat yang begabung dengan Kh Noer
Ali untuk melakukan perlawanan terhadap Belanda. Apalagi nama Kh Noer
Ali sudah sangat terkenal dengan kesaktiaannya. Suatu Ketika beliau
ditangkap Belanda hanya pasrah saja dan tidak melakukan perlawanan, Kh
Noer Ali digring masuk kedalam Truk Tentara Belanda. Ditengah jalan KH
noer Ali memohon kepada Alloh minta perlindungan, Bukan main kagetnya
tentara Belanda yang mengawal Kh Noer Ali di dalam Truk, Kh Noer Ali
menghilang begitu saja dalam pandangan mata tentara Belanda. Membuat
Nyali Tentara Belanda semakin Ciut "Pimpinannnya saja sakti gimana
dengan tentara Kh Noer Alinya????kata tentara Belanda. jatulah mental
-mental tentara belanda dalam menghadapi Lasykar-lasykar yang diPimpin
Kh Noer Ali.
Dan
suatu ketika Kh noer Ali dan para lasykarnya bergerilya kedalam hutan,
para lasykar terlihat sangat kelaparan karena berperang Gerilya dengan
Pasukan Belanda, Saat intu Kh Noer Ali sholat selesai sholat minta
kepada Alloh agar di berikan para lasykar tersebut makanan. Maka dengan
mengulum dan merlemparkan secarik kertas ketanah tiba-tiba terbentang
dihadapannya Nasi dan lauk pauknya, Subhanalloh…..
Dan
Ketika masa perjuangan dengan Penjajah berakhir Kh Noer Ali kembali
berjuang dibidang Dakwah dan pendidikan di Pondok Pesantren At Taqwa
yang ia bangun di Bekasi. walaupun beliau Seorang Ulama besar beliau
masih saja haus akan ilmu, dan beliau mengaji kepada Habib Ali Al habsyi
Kwitang jakarta untuk bertabaruk.
Kh
.Noer Ali mendirikan Pondok pesantren Attaqwa di ujung harapan Bekasi,
disamping mengajar di pesantren Kh Noer Ali juga mengajak umat untuk
angkat senjata melawan Penjajah Belanda, walaupun dengan senjata yang
sangat sederhana namun banyak dari rakyat yang begabung dengan Kh Noer
Ali untuk melakukan perlawanan terhadap Belanda. Apalagi nama Kh Noer
Ali sudah sangat terkenal dengan kesaktiaannya. Suatu Ketika beliau
ditangkap Belanda hanya pasrah saja dan tidak melakukan perlawanan, Kh
Noer Ali digring masuk kedalam Truk Tentara Belanda. Ditengah jalan KH
noer Ali memohon kepada Alloh minta perlindungan, Bukan main kagetnya
tentara Belanda yang mengawal Kh Noer Ali di dalam Truk, Kh Noer Ali
menghilang begitu saja dalam pandangan mata tentara Belanda. Membuat
Nyali Tentara Belanda semakin Ciut "Pimpinannnya saja sakti gimana
dengan tentara Kh Noer Alinya????kata tentara Belanda. jatulah mental
-mental tentara belanda dalam menghadapi Lasykar-lasykar yang diPimpin
Kh Noer Ali.
Dan suatu ketika Kh noer Ali dan para lasykarnya
bergerilya kedalam hutan, para lasykar terlihat sangat kelaparan karena
berperang Gerilya dengan Pasukan Belanda, Saat intu Kh Noer Ali sholat
selesai sholat minta kepada Alloh agar di berikan para lasykar tersebut
makanan. Maka dengan mengulum dan merlemparkan secarik kertas ketanah
tiba-tiba terbentang dihadapannya Nasi dan lauk pauknya, Subhanalloh…..
Dan
Ketika masa perjuangan dengan Penjajah berakhir Kh Noer Ali kembali
berjuang dibidang Dakwah dan pendidikan di Pondok Pesantren At Taqwa
yang ia bangun di Bekasi. walaupun beliau Seorang Ulama besar beliau
masih saja haus akan ilmu, dan beliau mengaji kepada Habib Ali Al habsyi
Kwitang jakarta untuk bertabaruk. - See more at:
http://www.indospiritual.com/artikel_kh-noer-ali-tokoh-ulama-dan-pejuang-bekasi.html#sthash.IpLah29d.dpuf
Kh
.Noer Ali mendirikan Pondok pesantren Attaqwa di ujung harapan Bekasi,
disamping mengajar di pesantren Kh Noer Ali juga mengajak umat untuk
angkat senjata melawan Penjajah Belanda, walaupun dengan senjata yang
sangat sederhana namun banyak dari rakyat yang begabung dengan Kh Noer
Ali untuk melakukan perlawanan terhadap Belanda. Apalagi nama Kh Noer
Ali sudah sangat terkenal dengan kesaktiaannya. Suatu Ketika beliau
ditangkap Belanda hanya pasrah saja dan tidak melakukan perlawanan, Kh
Noer Ali digring masuk kedalam Truk Tentara Belanda. Ditengah jalan KH
noer Ali memohon kepada Alloh minta perlindungan, Bukan main kagetnya
tentara Belanda yang mengawal Kh Noer Ali di dalam Truk, Kh Noer Ali
menghilang begitu saja dalam pandangan mata tentara Belanda. Membuat
Nyali Tentara Belanda semakin Ciut "Pimpinannnya saja sakti gimana
dengan tentara Kh Noer Alinya????kata tentara Belanda. jatulah mental
-mental tentara belanda dalam menghadapi Lasykar-lasykar yang diPimpin
Kh Noer Ali.
Dan suatu ketika Kh noer Ali dan para lasykarnya
bergerilya kedalam hutan, para lasykar terlihat sangat kelaparan karena
berperang Gerilya dengan Pasukan Belanda, Saat intu Kh Noer Ali sholat
selesai sholat minta kepada Alloh agar di berikan para lasykar tersebut
makanan. Maka dengan mengulum dan merlemparkan secarik kertas ketanah
tiba-tiba terbentang dihadapannya Nasi dan lauk pauknya, Subhanalloh…..
Dan
Ketika masa perjuangan dengan Penjajah berakhir Kh Noer Ali kembali
berjuang dibidang Dakwah dan pendidikan di Pondok Pesantren At Taqwa
yang ia bangun di Bekasi. walaupun beliau Seorang Ulama besar beliau
masih saja haus akan ilmu, dan beliau mengaji kepada Habib Ali Al habsyi
Kwitang jakarta untuk bertabaruk. - See more at:
http://www.indospiritual.com/artikel_kh-noer-ali-tokoh-ulama-dan-pejuang-bekasi.html#sthash.IpLah29d.dpuf
. Ketika
Indonesia merdeka, ia terpilih sebagai Ketua Komite Nasional Indonesia
Daerah (KNID) Cabang Babelan. Tanggal 19 September 1945 ketika
diselenggarakan Rapat Raksasa di Lapang Ikada Jakarta, Noer Ali
mengerahkan massa untuk hadir. Dalam mempertahankan kemerdekaan, ia
menjadi Ketua Lasykar
Rakyat Bekasi, selanjutnya menjadi Komandan
Batalyon III Hisbullah Bekasi. Bung Tomo saat itu dalam pidato-pidatonya
dalam Radio Pemberontak menyebutnya sebagai Kiai Haji Noer Ali
sehingga
selanjutnya ia dikenal sebagai K.H. Noer Ali. Peranan pentingnya muncul
ketika terjadi Agresi Militer Juli 1947. K.H. Noer Ali menghadap
Jenderal Oerip Soemohardjo di Yogyakarta. Ia diperintahkan untuk
bergerilya di Jawa Barat dengan tidak menggunakan nama TNI. K.H. Noer
Ali pun kembali ke Jawa Barat jalan kaki dan mendirikan serta menjadi
Komandan Markas Pusat Hisbullah-Sabilillah (MPHS) Jakarta Raya di
Karawang. Saat itu, Belanda menganggap tentara Republik sudah tidak ada.
Noer Ali meminta rakyat Rawagede untuk memasang ribuan bendera
kecil-kecil dari kertas
minyak ditempel di pepohonan. Tentara Belanda (NICA) melihat bendera-bendera itu terkejut
karena
ternyata RI masih eksis di wilayah kekuasaannya. Belanda mengira hal
itu dilakukan pasukan TNI di bawah Komandan Lukas Kustaryo yang memang
bergerilya di sana. Maka pasukan Lukas diburu dan karena tidak berhasil
menemukan pasukan itu, Belanda mengumpulkan rakyat Rawagede sekitar 400
orang dan kemudian dibunuh. Peristiwa ini membangkitkan semangat rakyat
sehingga
banyak yang kemudian bergabung dengan MPHS. Kekuatan pasukan
MPHS sekitar 600 orang, malang melintang antara Karawang dan Bekasi,
berpindah dari satu kampung ke kampung lain, menyerang pos-pos Belanda
secara gerilya. Di situlah K.H. Noer Ali digelari “Singa
Karawang-Bekasi”. Ada juga yang
menyebutnya sebagai “Belut Putih”
karena sulit ditangkap musuh. Sebagai kiai yang memiliki karomah, Noer
Ali menggunakan tarekat untuk memperkuat mental anak buahnya. Ada
wirid-wirid yang
harus diamalkan, namun kadang-kadang anak buahnya
ini tidak taat. Tahun 1948 Residen Jakarta Raya mengangkat K.H. Noer Ali
sebagai Koordinator Kabupaten Jatinegara. Ketika terjadi Perjanjian
Renville,
semua pasukan Republik harus hijrah ke Yogyakarta atau ke Banten. Ia
hijrah ke Banten melalui Leuwiliang, Bogor. Di Banten, MPHS diresmikan
menjadi satu baltalyon TNI di
Pandeglang. Saat akan dilantik,
tiba-tiba Belanda menyerbu. Noer Ali pun bersama pasukannya bertempur di
Banten Utara sampai terjadinya Perjanjian Roem-Royen. Dalam Konferensi
Meja Bundar yang mengakhiri Perang Kemerdekaan 1946-1949, Noer Ali
diminta oleh Mohammad Natsir
membantu delegasi Indonesia. Selain itu,
ia pun masuk ke luar hutan untuk melakukan kontak-kontak dengan pasukan
yang masih bertahan. Ketika pengakuan kedaulatan ditandatangani
Belanda,
MPHS pun dibubarkan. Jasa-jasanya selama masa perang
kemerdekaan dihargai orang termasuk oleh A.H. Nasution, yang menjadi
Komandan Divisi Siliwangi waktu itu. Kemudian dimulailah perjuangan K.H.
Noer Ali dalam mengisi kemerdekaan melalui pendidikan maupun melalui
jalur politik.
Pemikiran Noer Ali untuk memajukan pendidikan di
negeri ini, sebenarnya sudah dimulai sejak ia mendirikan pesantren
sepulang dari Mekah. Setelah merdeka, peluang lebih terbuka. Tahun 1949,
ia
mendirikan Lembaga Pendidikan Islam di Jakarta. Selanjutnya
Januari 1950 mendirikan Madrasah Diniyah di Ujungmalang dan selanjutnya
mendirikan Sekolah Rakyat Indonesia (SRI) di berbagai
tempat di
Bekasi, kemudian juga di tempat lain, hingga ke luar Jawa. Di lapangan
politik, peran Noer Ali memang menonjol. Saat Negara RIS kembali ke
negara kesatuan, ia menjadi Ketua Panitia Amanat
Rakyat Bekasi untuk
bergabung ke dalam NKRI. Tahun 1950, Noer Ali diangkat sebagai Ketua
Masyumi Cabang Jatinegara. Tahun 1956, ia diangkat menjadi anggota Dewan
Konstituante dan tahun 1957 menjadi anggota Pimpinan Harian/Majelis
Syuro Masyumi Pusat. Tahun 1958 menjadi Ketua Tim Perumus
Konferensi Alim Ulama-Umaro se-Jawa Barat di Lembang Bandung, yang kemudian melahirkan Majelis Ulama Indonesia Jawa Barat.
Tahun
1971-1975 menjadi Ketua MUI Jawa Barat. Di samping itu, sejak 1972
menjadi Ketua Umum Badan Kerja Sama Pondok Pesantren (BKSPP) Jawa Barat.
Dalam perkembangan selanjutnya,
ia bersikap sebagai pendamai, tidak
pro satu aliran. Dengan para kiai Muhammadiyah, NU, maupun Persis, ia
bersikap baik. - Prof. Dr. Nina H. Lubis, M.S. adalah Guru Besar Ilmu
Sejarah Fak. Sastra Unpad/Kepala Pusat Penelitian Kemasyarakatan dan
Kebudayaan Lembaga Penelitian Unpad/Ketua Masyarakat Sejarawan Indonesia
Cabang Jawa Barat.
Kh
.Noer Ali mendirikan Pondok pesantren Attaqwa di ujung harapan Bekasi,
disamping mengajar di pesantren Kh Noer Ali juga mengajak umat untuk
angkat senjata melawan Penjajah Belanda, walaupun dengan senjata yang
sangat sederhana namun banyak dari rakyat yang begabung dengan Kh Noer
Ali untuk melakukan perlawanan terhadap Belanda. Apalagi nama Kh Noer
Ali sudah sangat terkenal dengan kesaktiaannya. Suatu Ketika beliau
ditangkap Belanda hanya pasrah saja dan tidak melakukan perlawanan, Kh
Noer Ali digring masuk kedalam Truk Tentara Belanda. Ditengah jalan KH
noer Ali memohon kepada Alloh minta perlindungan, Bukan main kagetnya
tentara Belanda yang mengawal Kh Noer Ali di dalam Truk, Kh Noer Ali
menghilang begitu saja dalam pandangan mata tentara Belanda. Membuat
Nyali Tentara Belanda semakin Ciut "Pimpinannnya saja sakti gimana
dengan tentara Kh Noer Alinya????kata tentara Belanda. jatulah mental
-mental tentara belanda dalam menghadapi Lasykar-lasykar yang diPimpin
Kh Noer Ali.
Dan suatu ketika Kh noer Ali dan para lasykarnya
bergerilya kedalam hutan, para lasykar terlihat sangat kelaparan karena
berperang Gerilya dengan Pasukan Belanda, Saat intu Kh Noer Ali sholat
selesai sholat minta kepada Alloh agar di berikan para lasykar tersebut
makanan. Maka dengan mengulum dan merlemparkan secarik kertas ketanah
tiba-tiba terbentang dihadapannya Nasi dan lauk pauknya, Subhanalloh…..
Dan
Ketika masa perjuangan dengan Penjajah berakhir Kh Noer Ali kembali
berjuang dibidang Dakwah dan pendidikan di Pondok Pesantren At Taqwa
yang ia bangun di Bekasi. walaupun beliau Seorang Ulama besar beliau
masih saja haus akan ilmu, dan beliau mengaji kepada Habib Ali Al habsyi
Kwitang jakarta untuk bertabaruk. - See more at:
http://www.indospiritual.com/artikel_kh-noer-ali-tokoh-ulama-dan-pejuang-bekasi.html#sthash.IpLah29d.dpuf
Kh
.Noer Ali mendirikan Pondok pesantren Attaqwa di ujung harapan Bekasi,
disamping mengajar di pesantren Kh Noer Ali juga mengajak umat untuk
angkat senjata melawan Penjajah Belanda, walaupun dengan senjata yang
sangat sederhana namun banyak dari rakyat yang begabung dengan Kh Noer
Ali untuk melakukan perlawanan terhadap Belanda. Apalagi nama Kh Noer
Ali sudah sangat terkenal dengan kesaktiaannya. Suatu Ketika beliau
ditangkap Belanda hanya pasrah saja dan tidak melakukan perlawanan, Kh
Noer Ali digring masuk kedalam Truk Tentara Belanda. Ditengah jalan KH
noer Ali memohon kepada Alloh minta perlindungan, Bukan main kagetnya
tentara Belanda yang mengawal Kh Noer Ali di dalam Truk, Kh Noer Ali
menghilang begitu saja dalam pandangan mata tentara Belanda. Membuat
Nyali Tentara Belanda semakin Ciut "Pimpinannnya saja sakti gimana
dengan tentara Kh Noer Alinya????kata tentara Belanda. jatulah mental
-mental tentara belanda dalam menghadapi Lasykar-lasykar yang diPimpin
Kh Noer Ali.
Dan suatu ketika Kh noer Ali dan para lasykarnya
bergerilya kedalam hutan, para lasykar terlihat sangat kelaparan karena
berperang Gerilya dengan Pasukan Belanda, Saat intu Kh Noer Ali sholat
selesai sholat minta kepada Alloh agar di berikan para lasykar tersebut
makanan. Maka dengan mengulum dan merlemparkan secarik kertas ketanah
tiba-tiba terbentang dihadapannya Nasi dan lauk pauknya, Subhanalloh…..
Dan
Ketika masa perjuangan dengan Penjajah berakhir Kh Noer Ali kembali
berjuang dibidang Dakwah dan pendidikan di Pondok Pesantren At Taqwa
yang ia bangun di Bekasi. walaupun beliau Seorang Ulama besar beliau
masih saja haus akan ilmu, dan beliau mengaji kepada Habib Ali Al habsyi
Kwitang jakarta untuk bertabaruk. - See more at:
http://www.indospiritual.com/artikel_kh-noer-ali-tokoh-ulama-dan-pejuang-bekasi.html#sthash.IpLah29d.dpuf
. Ketika
Indonesia merdeka, ia terpilih sebagai Ketua Komite Nasional Indonesia
Daerah (KNID) Cabang Babelan. Tanggal 19 September 1945 ketika
diselenggarakan Rapat Raksasa di Lapang Ikada Jakarta, Noer Ali
mengerahkan massa untuk hadir. Dalam mempertahankan kemerdekaan, ia
menjadi Ketua Lasykar
Rakyat Bekasi, selanjutnya menjadi Komandan
Batalyon III Hisbullah Bekasi. Bung Tomo saat itu dalam pidato-pidatonya
dalam Radio Pemberontak menyebutnya sebagai Kiai Haji Noer Ali
sehingga
selanjutnya ia dikenal sebagai K.H. Noer Ali. Peranan pentingnya muncul
ketika terjadi Agresi Militer Juli 1947. K.H. Noer Ali menghadap
Jenderal Oerip Soemohardjo di Yogyakarta. Ia diperintahkan untuk
bergerilya di Jawa Barat dengan tidak menggunakan nama TNI. K.H. Noer
Ali pun kembali ke Jawa Barat jalan kaki dan mendirikan serta menjadi
Komandan Markas Pusat Hisbullah-Sabilillah (MPHS) Jakarta Raya di
Karawang. Saat itu, Belanda menganggap tentara Republik sudah tidak ada.
Noer Ali meminta rakyat Rawagede untuk memasang ribuan bendera
kecil-kecil dari kertas
minyak ditempel di pepohonan. Tentara Belanda (NICA) melihat bendera-bendera itu terkejut
karena
ternyata RI masih eksis di wilayah kekuasaannya. Belanda mengira hal
itu dilakukan pasukan TNI di bawah Komandan Lukas Kustaryo yang memang
bergerilya di sana. Maka pasukan Lukas diburu dan karena tidak berhasil
menemukan pasukan itu, Belanda mengumpulkan rakyat Rawagede sekitar 400
orang dan kemudian dibunuh. Peristiwa ini membangkitkan semangat rakyat
sehingga
banyak yang kemudian bergabung dengan MPHS. Kekuatan pasukan
MPHS sekitar 600 orang, malang melintang antara Karawang dan Bekasi,
berpindah dari satu kampung ke kampung lain, menyerang pos-pos Belanda
secara gerilya. Di situlah K.H. Noer Ali digelari “Singa
Karawang-Bekasi”. Ada juga yang
menyebutnya sebagai “Belut Putih”
karena sulit ditangkap musuh. Sebagai kiai yang memiliki karomah, Noer
Ali menggunakan tarekat untuk memperkuat mental anak buahnya. Ada
wirid-wirid yang
harus diamalkan, namun kadang-kadang anak buahnya
ini tidak taat. Tahun 1948 Residen Jakarta Raya mengangkat K.H. Noer Ali
sebagai Koordinator Kabupaten Jatinegara. Ketika terjadi Perjanjian
Renville,
semua pasukan Republik harus hijrah ke Yogyakarta atau ke Banten. Ia
hijrah ke Banten melalui Leuwiliang, Bogor. Di Banten, MPHS diresmikan
menjadi satu baltalyon TNI di
Pandeglang. Saat akan dilantik,
tiba-tiba Belanda menyerbu. Noer Ali pun bersama pasukannya bertempur di
Banten Utara sampai terjadinya Perjanjian Roem-Royen. Dalam Konferensi
Meja Bundar yang mengakhiri Perang Kemerdekaan 1946-1949, Noer Ali
diminta oleh Mohammad Natsir
membantu delegasi Indonesia. Selain itu,
ia pun masuk ke luar hutan untuk melakukan kontak-kontak dengan pasukan
yang masih bertahan. Ketika pengakuan kedaulatan ditandatangani
Belanda,
MPHS pun dibubarkan. Jasa-jasanya selama masa perang
kemerdekaan dihargai orang termasuk oleh A.H. Nasution, yang menjadi
Komandan Divisi Siliwangi waktu itu. Kemudian dimulailah perjuangan K.H.
Noer Ali dalam mengisi kemerdekaan melalui pendidikan maupun melalui
jalur politik.
Pemikiran Noer Ali untuk memajukan pendidikan di
negeri ini, sebenarnya sudah dimulai sejak ia mendirikan pesantren
sepulang dari Mekah. Setelah merdeka, peluang lebih terbuka. Tahun 1949,
ia
mendirikan Lembaga Pendidikan Islam di Jakarta. Selanjutnya
Januari 1950 mendirikan Madrasah Diniyah di Ujungmalang dan selanjutnya
mendirikan Sekolah Rakyat Indonesia (SRI) di berbagai
tempat di
Bekasi, kemudian juga di tempat lain, hingga ke luar Jawa. Di lapangan
politik, peran Noer Ali memang menonjol. Saat Negara RIS kembali ke
negara kesatuan, ia menjadi Ketua Panitia Amanat
Rakyat Bekasi untuk
bergabung ke dalam NKRI. Tahun 1950, Noer Ali diangkat sebagai Ketua
Masyumi Cabang Jatinegara. Tahun 1956, ia diangkat menjadi anggota Dewan
Konstituante dan tahun 1957 menjadi anggota Pimpinan Harian/Majelis
Syuro Masyumi Pusat. Tahun 1958 menjadi Ketua Tim Perumus
Konferensi Alim Ulama-Umaro se-Jawa Barat di Lembang Bandung, yang kemudian melahirkan Majelis Ulama Indonesia Jawa Barat.
Tahun
1971-1975 menjadi Ketua MUI Jawa Barat. Di samping itu, sejak 1972
menjadi Ketua Umum Badan Kerja Sama Pondok Pesantren (BKSPP) Jawa Barat.
Dalam perkembangan selanjutnya,
ia bersikap sebagai pendamai, tidak
pro satu aliran. Dengan para kiai Muhammadiyah, NU, maupun Persis, ia
bersikap baik. - Prof. Dr. Nina H. Lubis, M.S. adalah Guru Besar Ilmu
Sejarah Fak. Sastra Unpad/Kepala Pusat Penelitian Kemasyarakatan dan
Kebudayaan Lembaga Penelitian Unpad/Ketua Masyarakat Sejarawan Indonesia
Cabang Jawa Barat.
Pada
Tanggal
3 may 1992 Kh Noer Ali Telah meninggalkan kita (wafa )t dalam usia 78
tahun. Masyarakat dan para ulama merasa sangat kehilangan sosok ulama
dan pejuang yang telah banyak berjasa bagi negara. Maka tahun 2006
Pemerintah memberikan gelar pahlawan Nasional Kepada Kh Noer Ali dan
Namanya pun di abadikan menjadi nama jalan Kh Noer Ali di kalimalang
bekasi. Kini Pondok pesantrennyapun berkembang dengan Pesat
Semangat Juang Sang Kyai Tetap Membara Di Setiap Nafas Masyarakat Bekasi ***