Santri Kalong

Santri Kalong

Rabu, 25 Mei 2016

K. H. Noer Ali ULAMA BETAWI BENTENG ASWAJA. (Singa Ujung Harapan, Bekasi)





“Bukan orang Bekasi namanya kalau dia tidak kenal KH. Noer Ali“. ya itu adalah ungkapan yang sering saya dengar dari para orang tua dulu. Sosok beliau sangat terkenal dimata orang bekasi karena ia menjadi ikon kebanggaan masyarakat betawi (khususnya di Karawang-Bekasi) pada masa revolusi. Beliau terkenal dengan sebutan “Singa Karawang Bekasi” atau ada juga yang menyebutnya “si Belut Putih”.Saya memang tidak banyak tau tentang sejarah beliau. Saya hanya dapat kisahnya dari para orang tua. Beliau adalah seorang ulama dan pemimpin pada zaman revolusi.

Kembali ke KH. Noer Ali, selain berjuang melawan penjajah beliau juga memiliki pesantren At- Taqwa yang berpusat di Kampung Ujung Harapan (dulu bernama Ujung malang) . Kini pesantren tersebut sudah memiliki lebih dari 50 Cabang. Dan saya adalah orang yang termasuk salah satu santri dicabangnya (At- Taqwa VIII). Cerita perjuangan beliau begitu banyak yang saya dapatkan baik dari para orang tua maupun guru ). Ia selalu bisa lolos/menghilang ketika ditangkap belanda (mungkin karena itu kali ya dia berjuluk si belut putih), meriam-meriam belanda yang tidak bisa meledak, murid-muridnya yang kebal peluru karena amalan wirid dan ratibnya, dll. Beliau juga sangat terkenal di mata masyarakat non muslim karena sikap tolerannya, hal itu dibuktikan ketika beliau sangat melindungi masyarakat tiong hoa yang non Muslim dari penjajah Belanda.

Alhamdulillah pada 9 November 2006 akhirnya ia diangkat menjadi pahlawan Nasional, pemerintah RI menganugerahi gelar Pahlawan Nasional dan Tanda Kehormatan Bintang Maha Putra Adipradana.

Berikut sekilas dari biografinya


Engkong KH. Noer Ali
“Singa Karawang-Bekasi”
Sebagaimana biografi yang ditulis Ali Anwar, Noer Ali lahir tahun 1914 di Kp. Ujungmalang (sekarang menjadi Ujungharapan), Kewedanaan Bekasi, Kabupaten Meester Cornelis, Keresidenan Batavia. Ayahnya bernama H. Anwar bin Layu, seorang petani dan ibunya bernama Hj. Maimunah binti Tarbin.
Meskipun ayahnya hanya sebagai petani, namun karena kemauan keras untuk menuntut ilmu, Noer Ali pergi ke Mekah dengan meminjam uang dari majikan ayahnya yang harus dibayar dicicil
selama bertahun-tahun. Selama enam tahun (1934-1940) Noer Ali belajar di Mekah.
Saat di Mekah, semangat kebangsaannya tumbuh ketika ia merasa dihina oleh pelajar asing yang mencibir: “Mengapa Belanda yang negaranya kecil bisa menjajah Indonesia. Harusnya Belanda bisa
diusir dengan gampang kalau ada kemauan!”.KH.Noer Ali pun “marah” dan menghimpun para pelajar Indonesia khususnya dari Betawi untuk memikirkan nasib bangsanya yang dijajah. Ia diangkat
teman-temannya menjadi Ketua Perhimpunan Pelajar Betawi di Mekah (1937).

Sekembalinya ke tanah air,

“Bukan orang Bekasi namanya kalau dia tidak kenal KH. Noer Ali“. ya itu adalah ungkapan yang sering saya dengar dari para orang tua dulu. Sosok beliau sangat terkenal dimata orang bekasi karena ia menjadi ikon kebanggaan masyarakat betawi (khususnya di Karawang-Bekasi) pada masa revolusi. Beliau terkenal dengan sebutan “Singa Karawang Bekasi” atau ada juga yang menyebutnya “si Belut Putih”.Saya memang tidak banyak tau tentang sejarah beliau. Saya hanya dapat kisahnya dari para orang tua. Beliau adalah seorang ulama dan pemimpin pada zaman revolusi.

Kembali ke KH. Noer Ali, selain berjuang melawan penjajah beliau juga memiliki pesantren At- Taqwa yang berpusat di Kampung Ujung Harapan (dulu bernama Ujung malang) . Kini pesantren tersebut sudah memiliki lebih dari 50 Cabang. Dan saya adalah orang yang termasuk salah satu santri dicabangnya (At- Taqwa VIII). Cerita perjuangan beliau begitu banyak yang saya dapatkan baik dari para orang tua maupun guru ). Ia selalu bisa lolos/menghilang ketika ditangkap belanda (mungkin karena itu kali ya dia berjuluk si belut putih), meriam-meriam belanda yang tidak bisa meledak, murid-muridnya yang kebal peluru karena amalan wirid dan ratibnya, dll. Beliau juga sangat terkenal di mata masyarakat non muslim karena sikap tolerannya, hal itu dibuktikan ketika beliau sangat melindungi masyarakat tiong hoa yang non Muslim dari penjajah Belanda.

Alhamdulillah pada 9 November 2006 akhirnya ia diangkat menjadi pahlawan Nasional, pemerintah RI menganugerahi gelar Pahlawan Nasional dan Tanda Kehormatan Bintang Maha Putra Adipradana.

Berikut sekilas dari biografinya


Engkong KH. Noer Ali
“Singa Karawang-Bekasi”
Sebagaimana biografi yang ditulis Ali Anwar, Noer Ali lahir tahun 1914 di Kp. Ujungmalang (sekarang menjadi Ujungharapan), Kewedanaan Bekasi, Kabupaten Meester Cornelis, Keresidenan Batavia. Ayahnya bernama H. Anwar bin Layu, seorang petani dan ibunya bernama Hj. Maimunah binti Tarbin.
Meskipun ayahnya hanya sebagai petani, namun karena kemauan keras untuk menuntut ilmu, Noer Ali pergi ke Mekah dengan meminjam uang dari majikan ayahnya yang harus dibayar dicicil
selama bertahun-tahun. Selama enam tahun (1934-1940) Noer Ali belajar di Mekah.
Saat di Mekah, semangat kebangsaannya tumbuh ketika ia merasa dihina oleh pelajar asing yang mencibir: “Mengapa Belanda yang negaranya kecil bisa menjajah Indonesia. Harusnya Belanda bisa
diusir dengan gampang kalau ada kemauan!”.KH.Noer Ali pun “marah” dan menghimpun para pelajar Indonesia khususnya dari Betawi untuk memikirkan nasib bangsanya yang dijajah. Ia diangkat
teman-temannya menjadi Ketua Perhimpunan Pelajar Betawi di Mekah (1937).

Sekembalinya ke tanah air,
Kh .Noer Ali mendirikan Pondok pesantren Attaqwa di ujung harapan Bekasi, disamping mengajar di pesantren Kh Noer Ali juga mengajak umat untuk angkat senjata melawan Penjajah Belanda, walaupun dengan senjata yang sangat sederhana namun banyak dari rakyat yang begabung dengan Kh Noer Ali untuk melakukan perlawanan terhadap Belanda. Apalagi nama Kh Noer Ali sudah sangat terkenal dengan kesaktiaannya. Suatu Ketika beliau ditangkap Belanda hanya pasrah saja dan tidak melakukan perlawanan, Kh Noer Ali digring masuk kedalam Truk Tentara Belanda. Ditengah jalan KH noer Ali memohon kepada Alloh minta perlindungan, Bukan main kagetnya tentara Belanda yang mengawal Kh Noer Ali di dalam Truk, Kh Noer Ali menghilang begitu saja dalam pandangan mata tentara Belanda. Membuat Nyali Tentara Belanda semakin Ciut "Pimpinannnya saja sakti gimana dengan tentara Kh Noer Alinya????kata tentara Belanda. jatulah mental -mental tentara belanda dalam menghadapi Lasykar-lasykar yang diPimpin Kh Noer Ali.

Dan suatu ketika Kh noer Ali dan para lasykarnya bergerilya kedalam hutan, para lasykar terlihat sangat kelaparan karena berperang Gerilya dengan Pasukan Belanda, Saat intu Kh Noer Ali sholat selesai sholat minta kepada Alloh agar di berikan para lasykar tersebut makanan. Maka dengan mengulum dan merlemparkan secarik kertas ketanah tiba-tiba terbentang dihadapannya Nasi dan lauk pauknya, Subhanalloh…..

Dan Ketika masa perjuangan dengan Penjajah berakhir Kh Noer Ali kembali berjuang dibidang Dakwah dan pendidikan di Pondok Pesantren At Taqwa yang ia bangun di Bekasi. walaupun beliau Seorang Ulama besar beliau masih saja haus akan ilmu, dan beliau mengaji kepada Habib Ali Al habsyi Kwitang jakarta untuk bertabaruk.
Kh .Noer Ali mendirikan Pondok pesantren Attaqwa di ujung harapan Bekasi, disamping mengajar di pesantren Kh Noer Ali juga mengajak umat untuk angkat senjata melawan Penjajah Belanda, walaupun dengan senjata yang sangat sederhana namun banyak dari rakyat yang begabung dengan Kh Noer Ali untuk melakukan perlawanan terhadap Belanda. Apalagi nama Kh Noer Ali sudah sangat terkenal dengan kesaktiaannya. Suatu Ketika beliau ditangkap Belanda hanya pasrah saja dan tidak melakukan perlawanan, Kh Noer Ali digring masuk kedalam Truk Tentara Belanda.  Ditengah jalan KH noer Ali memohon kepada Alloh minta perlindungan, Bukan main kagetnya tentara Belanda yang mengawal Kh Noer Ali di dalam Truk, Kh Noer Ali menghilang begitu saja dalam pandangan mata tentara Belanda. Membuat Nyali Tentara Belanda semakin Ciut "Pimpinannnya saja sakti gimana dengan tentara Kh Noer Alinya????kata tentara Belanda. jatulah mental -mental tentara belanda dalam  menghadapi Lasykar-lasykar yang diPimpin Kh Noer Ali.

Dan suatu ketika Kh noer Ali dan para lasykarnya bergerilya kedalam hutan, para lasykar terlihat sangat kelaparan karena berperang Gerilya dengan Pasukan Belanda, Saat intu Kh Noer Ali sholat selesai sholat minta kepada Alloh agar di berikan para lasykar tersebut makanan. Maka dengan mengulum dan merlemparkan secarik kertas ketanah tiba-tiba terbentang dihadapannya Nasi dan lauk pauknya, Subhanalloh…..

Dan Ketika masa perjuangan dengan Penjajah berakhir Kh Noer Ali kembali berjuang  dibidang Dakwah dan pendidikan  di Pondok Pesantren At Taqwa  yang ia bangun di Bekasi.  walaupun beliau Seorang Ulama besar beliau masih saja haus akan ilmu, dan beliau mengaji kepada Habib Ali Al habsyi Kwitang jakarta untuk bertabaruk. - See more at: http://www.indospiritual.com/artikel_kh-noer-ali-tokoh-ulama-dan-pejuang-bekasi.html#sthash.IpLah29d.dpuf
Kh .Noer Ali mendirikan Pondok pesantren Attaqwa di ujung harapan Bekasi, disamping mengajar di pesantren Kh Noer Ali juga mengajak umat untuk angkat senjata melawan Penjajah Belanda, walaupun dengan senjata yang sangat sederhana namun banyak dari rakyat yang begabung dengan Kh Noer Ali untuk melakukan perlawanan terhadap Belanda. Apalagi nama Kh Noer Ali sudah sangat terkenal dengan kesaktiaannya. Suatu Ketika beliau ditangkap Belanda hanya pasrah saja dan tidak melakukan perlawanan, Kh Noer Ali digring masuk kedalam Truk Tentara Belanda.  Ditengah jalan KH noer Ali memohon kepada Alloh minta perlindungan, Bukan main kagetnya tentara Belanda yang mengawal Kh Noer Ali di dalam Truk, Kh Noer Ali menghilang begitu saja dalam pandangan mata tentara Belanda. Membuat Nyali Tentara Belanda semakin Ciut "Pimpinannnya saja sakti gimana dengan tentara Kh Noer Alinya????kata tentara Belanda. jatulah mental -mental tentara belanda dalam  menghadapi Lasykar-lasykar yang diPimpin Kh Noer Ali.

Dan suatu ketika Kh noer Ali dan para lasykarnya bergerilya kedalam hutan, para lasykar terlihat sangat kelaparan karena berperang Gerilya dengan Pasukan Belanda, Saat intu Kh Noer Ali sholat selesai sholat minta kepada Alloh agar di berikan para lasykar tersebut makanan. Maka dengan mengulum dan merlemparkan secarik kertas ketanah tiba-tiba terbentang dihadapannya Nasi dan lauk pauknya, Subhanalloh…..

Dan Ketika masa perjuangan dengan Penjajah berakhir Kh Noer Ali kembali berjuang  dibidang Dakwah dan pendidikan  di Pondok Pesantren At Taqwa  yang ia bangun di Bekasi.  walaupun beliau Seorang Ulama besar beliau masih saja haus akan ilmu, dan beliau mengaji kepada Habib Ali Al habsyi Kwitang jakarta untuk bertabaruk. - See more at: http://www.indospiritual.com/artikel_kh-noer-ali-tokoh-ulama-dan-pejuang-bekasi.html#sthash.IpLah29d.dpuf
. Ketika Indonesia merdeka, ia terpilih sebagai Ketua Komite Nasional Indonesia Daerah (KNID) Cabang Babelan. Tanggal 19 September 1945 ketika diselenggarakan Rapat Raksasa di Lapang Ikada Jakarta, Noer Ali mengerahkan massa untuk hadir. Dalam mempertahankan kemerdekaan, ia menjadi Ketua Lasykar
Rakyat Bekasi, selanjutnya menjadi Komandan Batalyon III Hisbullah Bekasi. Bung Tomo saat itu dalam pidato-pidatonya dalam Radio Pemberontak menyebutnya sebagai Kiai Haji Noer Ali
sehingga selanjutnya ia dikenal sebagai K.H. Noer Ali. Peranan pentingnya muncul ketika terjadi Agresi Militer Juli 1947. K.H. Noer Ali menghadap Jenderal Oerip Soemohardjo di Yogyakarta. Ia diperintahkan untuk bergerilya di Jawa Barat dengan tidak menggunakan nama TNI. K.H. Noer Ali pun kembali ke Jawa Barat jalan kaki dan mendirikan serta menjadi Komandan Markas Pusat Hisbullah-Sabilillah (MPHS) Jakarta Raya di Karawang. Saat itu, Belanda menganggap tentara Republik sudah tidak ada. Noer Ali meminta rakyat Rawagede untuk memasang ribuan bendera kecil-kecil dari kertas
minyak ditempel di pepohonan. Tentara Belanda (NICA) melihat bendera-bendera itu terkejut
karena ternyata RI masih eksis di wilayah kekuasaannya. Belanda mengira hal itu dilakukan pasukan TNI di bawah Komandan Lukas Kustaryo yang memang bergerilya di sana. Maka pasukan Lukas diburu dan karena tidak berhasil menemukan pasukan itu, Belanda mengumpulkan rakyat Rawagede sekitar 400 orang dan kemudian dibunuh. Peristiwa ini membangkitkan semangat rakyat sehingga
banyak yang kemudian bergabung dengan MPHS. Kekuatan pasukan MPHS sekitar 600 orang, malang melintang antara Karawang dan Bekasi, berpindah dari satu kampung ke kampung lain, menyerang pos-pos Belanda secara gerilya. Di situlah K.H. Noer Ali digelari “Singa Karawang-Bekasi”. Ada juga yang
menyebutnya sebagai “Belut Putih” karena sulit ditangkap musuh. Sebagai kiai yang memiliki karomah, Noer Ali menggunakan tarekat untuk memperkuat mental anak buahnya. Ada wirid-wirid yang
harus diamalkan, namun kadang-kadang anak buahnya ini tidak taat. Tahun 1948 Residen Jakarta Raya mengangkat K.H. Noer Ali sebagai Koordinator Kabupaten Jatinegara. Ketika terjadi Perjanjian
Renville, semua pasukan Republik harus hijrah ke Yogyakarta atau ke Banten. Ia hijrah ke Banten melalui Leuwiliang, Bogor. Di Banten, MPHS diresmikan menjadi satu baltalyon TNI di
Pandeglang. Saat akan dilantik, tiba-tiba Belanda menyerbu. Noer Ali pun bersama pasukannya bertempur di Banten Utara sampai terjadinya Perjanjian Roem-Royen. Dalam Konferensi Meja Bundar yang mengakhiri Perang Kemerdekaan 1946-1949, Noer Ali diminta oleh Mohammad Natsir
membantu delegasi Indonesia. Selain itu, ia pun masuk ke luar hutan untuk melakukan kontak-kontak dengan pasukan yang masih bertahan. Ketika pengakuan kedaulatan ditandatangani Belanda,
MPHS pun dibubarkan. Jasa-jasanya selama masa perang kemerdekaan dihargai orang termasuk oleh A.H. Nasution, yang menjadi Komandan Divisi Siliwangi waktu itu. Kemudian dimulailah perjuangan K.H. Noer Ali dalam mengisi kemerdekaan melalui pendidikan maupun melalui jalur politik.
Pemikiran Noer Ali untuk memajukan pendidikan di negeri ini, sebenarnya sudah dimulai sejak ia mendirikan pesantren sepulang dari Mekah. Setelah merdeka, peluang lebih terbuka. Tahun 1949, ia
mendirikan Lembaga Pendidikan Islam di Jakarta. Selanjutnya Januari 1950 mendirikan Madrasah Diniyah di Ujungmalang dan selanjutnya mendirikan Sekolah Rakyat Indonesia (SRI) di berbagai
tempat di Bekasi, kemudian juga di tempat lain, hingga ke luar Jawa. Di lapangan politik, peran Noer Ali memang menonjol. Saat Negara RIS kembali ke negara kesatuan, ia menjadi Ketua Panitia Amanat
Rakyat Bekasi untuk bergabung ke dalam NKRI. Tahun 1950, Noer Ali diangkat sebagai Ketua Masyumi Cabang Jatinegara. Tahun 1956, ia diangkat menjadi anggota Dewan Konstituante dan tahun 1957 menjadi anggota Pimpinan Harian/Majelis Syuro Masyumi Pusat. Tahun 1958 menjadi Ketua Tim Perumus
Konferensi Alim Ulama-Umaro se-Jawa Barat di Lembang Bandung, yang kemudian melahirkan Majelis Ulama Indonesia Jawa Barat.

Tahun 1971-1975 menjadi Ketua MUI Jawa Barat. Di samping itu, sejak 1972 menjadi Ketua Umum Badan Kerja Sama Pondok Pesantren (BKSPP) Jawa Barat. Dalam perkembangan selanjutnya,
ia bersikap sebagai pendamai, tidak pro satu aliran. Dengan para kiai Muhammadiyah, NU, maupun Persis, ia bersikap baik. - Prof. Dr. Nina H. Lubis, M.S. adalah Guru Besar Ilmu Sejarah Fak. Sastra Unpad/Kepala Pusat Penelitian Kemasyarakatan dan Kebudayaan Lembaga Penelitian Unpad/Ketua Masyarakat Sejarawan Indonesia Cabang Jawa Barat.
Kh .Noer Ali mendirikan Pondok pesantren Attaqwa di ujung harapan Bekasi, disamping mengajar di pesantren Kh Noer Ali juga mengajak umat untuk angkat senjata melawan Penjajah Belanda, walaupun dengan senjata yang sangat sederhana namun banyak dari rakyat yang begabung dengan Kh Noer Ali untuk melakukan perlawanan terhadap Belanda. Apalagi nama Kh Noer Ali sudah sangat terkenal dengan kesaktiaannya. Suatu Ketika beliau ditangkap Belanda hanya pasrah saja dan tidak melakukan perlawanan, Kh Noer Ali digring masuk kedalam Truk Tentara Belanda.  Ditengah jalan KH noer Ali memohon kepada Alloh minta perlindungan, Bukan main kagetnya tentara Belanda yang mengawal Kh Noer Ali di dalam Truk, Kh Noer Ali menghilang begitu saja dalam pandangan mata tentara Belanda. Membuat Nyali Tentara Belanda semakin Ciut "Pimpinannnya saja sakti gimana dengan tentara Kh Noer Alinya????kata tentara Belanda. jatulah mental -mental tentara belanda dalam  menghadapi Lasykar-lasykar yang diPimpin Kh Noer Ali.

Dan suatu ketika Kh noer Ali dan para lasykarnya bergerilya kedalam hutan, para lasykar terlihat sangat kelaparan karena berperang Gerilya dengan Pasukan Belanda, Saat intu Kh Noer Ali sholat selesai sholat minta kepada Alloh agar di berikan para lasykar tersebut makanan. Maka dengan mengulum dan merlemparkan secarik kertas ketanah tiba-tiba terbentang dihadapannya Nasi dan lauk pauknya, Subhanalloh…..

Dan Ketika masa perjuangan dengan Penjajah berakhir Kh Noer Ali kembali berjuang  dibidang Dakwah dan pendidikan  di Pondok Pesantren At Taqwa  yang ia bangun di Bekasi.  walaupun beliau Seorang Ulama besar beliau masih saja haus akan ilmu, dan beliau mengaji kepada Habib Ali Al habsyi Kwitang jakarta untuk bertabaruk. - See more at: http://www.indospiritual.com/artikel_kh-noer-ali-tokoh-ulama-dan-pejuang-bekasi.html#sthash.IpLah29d.dpuf
Kh .Noer Ali mendirikan Pondok pesantren Attaqwa di ujung harapan Bekasi, disamping mengajar di pesantren Kh Noer Ali juga mengajak umat untuk angkat senjata melawan Penjajah Belanda, walaupun dengan senjata yang sangat sederhana namun banyak dari rakyat yang begabung dengan Kh Noer Ali untuk melakukan perlawanan terhadap Belanda. Apalagi nama Kh Noer Ali sudah sangat terkenal dengan kesaktiaannya. Suatu Ketika beliau ditangkap Belanda hanya pasrah saja dan tidak melakukan perlawanan, Kh Noer Ali digring masuk kedalam Truk Tentara Belanda.  Ditengah jalan KH noer Ali memohon kepada Alloh minta perlindungan, Bukan main kagetnya tentara Belanda yang mengawal Kh Noer Ali di dalam Truk, Kh Noer Ali menghilang begitu saja dalam pandangan mata tentara Belanda. Membuat Nyali Tentara Belanda semakin Ciut "Pimpinannnya saja sakti gimana dengan tentara Kh Noer Alinya????kata tentara Belanda. jatulah mental -mental tentara belanda dalam  menghadapi Lasykar-lasykar yang diPimpin Kh Noer Ali.

Dan suatu ketika Kh noer Ali dan para lasykarnya bergerilya kedalam hutan, para lasykar terlihat sangat kelaparan karena berperang Gerilya dengan Pasukan Belanda, Saat intu Kh Noer Ali sholat selesai sholat minta kepada Alloh agar di berikan para lasykar tersebut makanan. Maka dengan mengulum dan merlemparkan secarik kertas ketanah tiba-tiba terbentang dihadapannya Nasi dan lauk pauknya, Subhanalloh…..

Dan Ketika masa perjuangan dengan Penjajah berakhir Kh Noer Ali kembali berjuang  dibidang Dakwah dan pendidikan  di Pondok Pesantren At Taqwa  yang ia bangun di Bekasi.  walaupun beliau Seorang Ulama besar beliau masih saja haus akan ilmu, dan beliau mengaji kepada Habib Ali Al habsyi Kwitang jakarta untuk bertabaruk. - See more at: http://www.indospiritual.com/artikel_kh-noer-ali-tokoh-ulama-dan-pejuang-bekasi.html#sthash.IpLah29d.dpuf
. Ketika Indonesia merdeka, ia terpilih sebagai Ketua Komite Nasional Indonesia Daerah (KNID) Cabang Babelan. Tanggal 19 September 1945 ketika diselenggarakan Rapat Raksasa di Lapang Ikada Jakarta, Noer Ali mengerahkan massa untuk hadir. Dalam mempertahankan kemerdekaan, ia menjadi Ketua Lasykar
Rakyat Bekasi, selanjutnya menjadi Komandan Batalyon III Hisbullah Bekasi. Bung Tomo saat itu dalam pidato-pidatonya dalam Radio Pemberontak menyebutnya sebagai Kiai Haji Noer Ali
sehingga selanjutnya ia dikenal sebagai K.H. Noer Ali. Peranan pentingnya muncul ketika terjadi Agresi Militer Juli 1947. K.H. Noer Ali menghadap Jenderal Oerip Soemohardjo di Yogyakarta. Ia diperintahkan untuk bergerilya di Jawa Barat dengan tidak menggunakan nama TNI. K.H. Noer Ali pun kembali ke Jawa Barat jalan kaki dan mendirikan serta menjadi Komandan Markas Pusat Hisbullah-Sabilillah (MPHS) Jakarta Raya di Karawang. Saat itu, Belanda menganggap tentara Republik sudah tidak ada. Noer Ali meminta rakyat Rawagede untuk memasang ribuan bendera kecil-kecil dari kertas
minyak ditempel di pepohonan. Tentara Belanda (NICA) melihat bendera-bendera itu terkejut
karena ternyata RI masih eksis di wilayah kekuasaannya. Belanda mengira hal itu dilakukan pasukan TNI di bawah Komandan Lukas Kustaryo yang memang bergerilya di sana. Maka pasukan Lukas diburu dan karena tidak berhasil menemukan pasukan itu, Belanda mengumpulkan rakyat Rawagede sekitar 400 orang dan kemudian dibunuh. Peristiwa ini membangkitkan semangat rakyat sehingga
banyak yang kemudian bergabung dengan MPHS. Kekuatan pasukan MPHS sekitar 600 orang, malang melintang antara Karawang dan Bekasi, berpindah dari satu kampung ke kampung lain, menyerang pos-pos Belanda secara gerilya. Di situlah K.H. Noer Ali digelari “Singa Karawang-Bekasi”. Ada juga yang
menyebutnya sebagai “Belut Putih” karena sulit ditangkap musuh. Sebagai kiai yang memiliki karomah, Noer Ali menggunakan tarekat untuk memperkuat mental anak buahnya. Ada wirid-wirid yang
harus diamalkan, namun kadang-kadang anak buahnya ini tidak taat. Tahun 1948 Residen Jakarta Raya mengangkat K.H. Noer Ali sebagai Koordinator Kabupaten Jatinegara. Ketika terjadi Perjanjian
Renville, semua pasukan Republik harus hijrah ke Yogyakarta atau ke Banten. Ia hijrah ke Banten melalui Leuwiliang, Bogor. Di Banten, MPHS diresmikan menjadi satu baltalyon TNI di
Pandeglang. Saat akan dilantik, tiba-tiba Belanda menyerbu. Noer Ali pun bersama pasukannya bertempur di Banten Utara sampai terjadinya Perjanjian Roem-Royen. Dalam Konferensi Meja Bundar yang mengakhiri Perang Kemerdekaan 1946-1949, Noer Ali diminta oleh Mohammad Natsir
membantu delegasi Indonesia. Selain itu, ia pun masuk ke luar hutan untuk melakukan kontak-kontak dengan pasukan yang masih bertahan. Ketika pengakuan kedaulatan ditandatangani Belanda,
MPHS pun dibubarkan. Jasa-jasanya selama masa perang kemerdekaan dihargai orang termasuk oleh A.H. Nasution, yang menjadi Komandan Divisi Siliwangi waktu itu. Kemudian dimulailah perjuangan K.H. Noer Ali dalam mengisi kemerdekaan melalui pendidikan maupun melalui jalur politik.
Pemikiran Noer Ali untuk memajukan pendidikan di negeri ini, sebenarnya sudah dimulai sejak ia mendirikan pesantren sepulang dari Mekah. Setelah merdeka, peluang lebih terbuka. Tahun 1949, ia
mendirikan Lembaga Pendidikan Islam di Jakarta. Selanjutnya Januari 1950 mendirikan Madrasah Diniyah di Ujungmalang dan selanjutnya mendirikan Sekolah Rakyat Indonesia (SRI) di berbagai
tempat di Bekasi, kemudian juga di tempat lain, hingga ke luar Jawa. Di lapangan politik, peran Noer Ali memang menonjol. Saat Negara RIS kembali ke negara kesatuan, ia menjadi Ketua Panitia Amanat
Rakyat Bekasi untuk bergabung ke dalam NKRI. Tahun 1950, Noer Ali diangkat sebagai Ketua Masyumi Cabang Jatinegara. Tahun 1956, ia diangkat menjadi anggota Dewan Konstituante dan tahun 1957 menjadi anggota Pimpinan Harian/Majelis Syuro Masyumi Pusat. Tahun 1958 menjadi Ketua Tim Perumus
Konferensi Alim Ulama-Umaro se-Jawa Barat di Lembang Bandung, yang kemudian melahirkan Majelis Ulama Indonesia Jawa Barat.

Tahun 1971-1975 menjadi Ketua MUI Jawa Barat. Di samping itu, sejak 1972 menjadi Ketua Umum Badan Kerja Sama Pondok Pesantren (BKSPP) Jawa Barat. Dalam perkembangan selanjutnya,
ia bersikap sebagai pendamai, tidak pro satu aliran. Dengan para kiai Muhammadiyah, NU, maupun Persis, ia bersikap baik. - Prof. Dr. Nina H. Lubis, M.S. adalah Guru Besar Ilmu Sejarah Fak. Sastra Unpad/Kepala Pusat Penelitian Kemasyarakatan dan Kebudayaan Lembaga Penelitian Unpad/Ketua Masyarakat Sejarawan Indonesia Cabang Jawa Barat.

Pada Tanggal 3 may 1992 Kh Noer Ali Telah meninggalkan kita (wafa )t dalam usia 78 tahun. Masyarakat dan para ulama merasa sangat kehilangan sosok ulama dan pejuang yang telah banyak berjasa bagi negara. Maka tahun 2006 Pemerintah memberikan gelar pahlawan Nasional Kepada Kh Noer Ali dan Namanya pun di abadikan menjadi nama jalan Kh Noer Ali di kalimalang bekasi. Kini Pondok pesantrennyapun berkembang dengan Pesat

Semangat Juang Sang Kyai Tetap Membara Di Setiap Nafas Masyarakat Bekasi ***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar